Investment
Banking & Financial Restructuring
Mulai tahun
1997 hingga tahun 1999 terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan di
Indonesia. Krisis ekonomi ini telah
mengakibatkan hancurnya perusahaan-perusahaan besar yang selama ini menjadi
tulang punggung penggerak ekonomi Indonesia.
Krisis tersebut dipicu oleh jatuhnya nilai tukar rupiah hingga pada
tingkat paling rendah mencapai Rp.14.000,- per dolar Amerika. Akibtanya nilai perusahaan turun drasti,
harga saham perusahaan papan atas turun hingga tinggal 25%. Saham-saham di sektor perbankan boleh dikatakan
tidak ada lagi nilainya dan bahkan lebih mahal nilai kertas dan ongkos
cetaknya. Sementara itu utang valuta
asing menjadi sangat besar dilihat dari nilai rupiah yang jatuh tersebut.
Akibantnya
banyak perusahaan yang tidak mampu lagi untuk mambayar hutang bahkan untuk
membayar beban bunga saja banyak perusahaan yang tidak mampu. Oleh karena iu
banyak perusahaan kemudian melakukan restruktrurasi atau reorganisasi. Dua kata tersebut merngandung makna yang sama
oleh sebab it digunakan secara bergantian.
Restruktrurasi
atau reorganisasi pada prinsipnya penataan ulang sendi-sendi perusahaan. Restrukturisasi dapat dibedakan menjadi
restrukturisasi bisnis, keuangan, manajemen, dan organisasi.
a. Restrukturisasi
bisnis
Restrukturisasi
bisnis tidak lain merupakan penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan
keunggulan daya saing perusahaan.
Restrukturisasi bisnis dapat ditempuh melalui berbagai alternatif
sebagai berikut :
1. Regrouping dan Konsolidasi
Sebagai contohnya adalah BUMN yang
dikembangkan oleh Kantor Menteri Negara BUMN dengan menggabungkan BUMN sejenis
ke dalam satu kelompok. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan membuat agar BUMN menjadi lebih menarik. Dari skala usaha maka pengelompokan itu akan
membuat skala usahanya menjadi lebih besar, sehingga dapat menarik minat
investor asing. Meskipun penggabungan
tersebut memberi manfaat, tetapi tidak mudah dalam mengimpletasikannya karena
kendala utama dalam penggabungan adalah adanya perbedaan kultur dan mekanisme
kerja.
2. Joint Operation
Joint
operation adalah dengan cara mengundang manajemen yang sudah
berpengalaman. Sebagai contoh joint
operation di Unit terminal Peti Kemas (UTPK) di Pelabuhan Indonesia II dengan
melibatkan operator asing.
3. Strategic Alliance
Strategic
Alliance adalah bentuk kerja sama antara dua perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi dan kinerjanya. Aliansi
strategi ini menjadi strategi yang tepat misalnya di bidang promos, penelitian
dan pengembangan dan pelatihan karyawan.
4. Pemecahan Bisnis
Pemecahan
bisnis disini adalah pemecahan bisnis ke dalam usaha atau yang dikenal dengan
strategis business unit agar lebih mandiri dan efisien. Pemecahan ini bertujuan agar business unit
menjadi lebih terukur kinerjanya.
5. Divestasi
Divestasi
merupakan alternatif lain apabila perusahaan memandang tidak dapat lagi
mempertahankan operasinya. Divestasi ini
dapat dilakukan dengan menjual pemisahan unit usaha terlebih dahulu baru dijual
atau spin-off atau menghentikan operasi unit usaha yang tidak lagi prifitable.
6. Likuidasi Perusahaan
Likuidasi
perusahaan dapat ditempuh jika tidak ada lagi alternatif yang feaseable untuk
menolong perusahaan agar tetap dapat bertahan hidup. Likuidasi ini dilakukan dengan menjual aset
perusahaan kepada pihak lain.
b.
Restukturisasi Keuangan
Selain
restrukturisasi bisnis dapat pula dilakukan restrukturisasi keuangan yaitu
penataan kembali struktur keuangan untuk meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Restrukturisasi keuangan
dapat dilakukan dengan beberapa alternaif sebagai berikut :
1. Alternatif pertama
Alternatif
pertama restrukturisasi keuangan adalah dengan melakukan penjadwalan kembali pembayaran
bungan dan pokok pinjaman. Hal ini dapat
dilakukan dengan menunda pembayaran bunga, mengurangi pembayaran bunga ataupun
penghapusan beban bunga. Melalui
alternatif ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk melanjutkan
operasinya dan diharapkan di kemudian hari dapat memenuhi kembali kewajibannya.
2. Alternatif Kedua
Alternatif
kedua adalah dengan melakukan rescheduling atau penjadwalan kembali pembayaran
pokok pinjaman. Jika alternatif ini
masih belum membantu maka dapat saja dilakukan dengan melakukan pengurangan
beban pokok pinjaman hingga maksimum 70% dari pokok pinjaman.
3. Mengubah utang menjadi modal sendiri
4. Mengundang investor individu yang potensial
5. Penjualan saham kepada go public.
c. Restrukturisasi
Manajemen
Krisis
ekonomi yang meruntuhkan konglomerat di Indonesia, disinyalir oleh lemahnya
pengelolaan dan kualitas manajemen. Oleh
karena itu menjadi sangat strategis untuk melakukan restrukturisasi manajemen
atau penataan manajemen yang dapat ditempuh melalui berbagai alternatif sebagai
berikut :
1.
Business
Process Reengineering
2.
Delaying
dan Right-sizing
3.
Downscoping
d.
Restrukturisasi Organisasi
Penataan
ulang organisasi perusahaan dapat ditempuh baik dengan mengubah kembali
struktur manajemen termaksud dewan komisarisnya ataupun menyangkut status
perusahaan. Restrukturisasi organisasi
dapat saja dilakukan dengan mengubah kembali komposisi kepemilikan dan status
badan hukum perusahaan. Pada umumnya
restrukturisasi organisasi ditempuh melalui konsolidasi internal, hal ini
dilakukan malalui penciutan jumlah cabang, kantor wilayah atau jaringan
distribusi.
Dalam reorganisasi
keuangan faktor utama yang harus diperhatikan adalah menyangkut penentuan nilai
perusahaan. Hal ini sangat penting
terutama dalam rangka penjualan perusahaan, private placement ataupun go
public. Terdapat beberapa alternatif
untuk menilai perusahaan diantaranya adalah :
1. Price earing ratio method.
2. Discounted cashflows approach
Restrukturisasi keuangan dapat ditempuh
dengan menjual sebagian saham perusahaan sehingga perusahaan memperoleh
tambahan dana dari pemegang saham.
Dengan tambahan dana tersebut maka struktur modal menjadi lebih baik,
dengan demikian tingkat profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Namun perlu diingat bahwa cara ini dalam
jangka panjang tidak dibenarkan, karena apabila hasil penjualan saham tersebut
dipergunakan untuk melunasi sebagian hutang perusahaan maka harga pasar saham
justru menurun.
Reorganisasi ini dipandang masih lebih
baik karena menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan daripada harus
dilikuidasi. Cara yang ditempuh dalam
reorganisasi ini adalah menentukan nilai perusahaan setelah reorganisasi,
menentukan struktur modal yang baru, menentukan surat-surat berharga lama yang
akan diganti dengan yang baru.
7.2
Lease Financing
Dalam menjalankan operasinya
perusahaan membutuhkan aktiva tetap dan untuk memperolehnya perusahaan dapat
menggunakan cara yang berbeda-beda. Salah satu yang paling mudah adalah dengan
cara membelinya. Memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian menimbulkan
berbagai keuntungan dan kerugian bagi pernsahaan dan memerlukan berbagai
pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah dana yang ada mencukupi atau
diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain seperti ketinggalan zaman sehingga
tidak ekonomis lagi bila dipakai ataupun ada resiko kegagalan memakai serta
kemungkinan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi.
Cara lain dalam memperoleh
aktiva yang dapat diterapkan adalah dengan cara leasing. Leasing berasal dari
kata Lease yang berarti sewa atau lebih umum diartikan sewa menyewa yaitu
pembiayaa peralatan atau barang modal untuk digunakan pada proses produksi
suatu pernsahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Industri leasing
menciptakan konsep baru untuk mendapatkan barang modal serta menggunakannya
sebaik mungkin tanpa harus membeli atau memiliki barang tersebut.
Ditinjau dari sudut ekonomi,
leasing dapat pula dikatakan sebagai salah satu cara untuk menghimpun dana yang
terdapat didalam masyarakat dan menginvestasikannya kembali dalam sektor-sektor
ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Karena itu, sarana leasing merupakan
alternatif yang baik bagi perusahaan yang kurang modal atau hendak menghemat
pemakaian tanpa harus kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi kembali
dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Untuk lebih
jelasnya, ada beberapa defenisi leasing yaitu sebagai berikut : Menurut
Financial Accounting Standar Board (FASB) :”..An agreement coonveying the right
to use property, plant or equipment (land and/or depreciable assets) usulally
for a stated period of time”.10
Definisi diatas menjelaskan
adanya kesepakatan antara dua pihak, lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee
(penyewa). Dalam perjanjian ini terdapat persetujuan penyerahan atau pengalihan
hak guna atau hak pakai atas aktiva yang dimilikinya yang dapat disiapkan
selama periode tertentu dari lessor pada lessee. Selama periode yang dimaksud
dalam perjanjian sebagai balas jasa dari hak pakai yang diberikan lessor kepada
lessee dituntut untuk membayar sejumlah uang sewa atau kompensasi yang lain
sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Lamanya jangka waktu suatu perjanjian
lease tergantung pada perjanjian yang dibuat oleh lessor dan lessee, sehingga
jangka waktu perjanjian lease ini dapat bervariasi tergantung pada kesepakatan
bersama. Jenis-jenis lease adalah sebagai berikut :
1.
Penjualan
dan Lease Kembali (Sales and Lease back)
Sesuai dengan namanya, dalam
transaksi ini lessee menjual barang yang dimilikinya kepada lessor. Atas barang
yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak antara lessee dan lessor.
Transaksi ini biasanya timbul karena lessee membutuhkan kas untuk modal kerja
atau keperluan lainnya.
2.
Operating
Lease, yang kadang-kadang disebut lease jasa, menawarkan pembiayaan sekaligus
pemeliharaan. Operating lease seperti transaksi sewa menyewa biasa dan jangka
waktu sewanya lebih pendek dari pada umur ekonomis propertinya. Lessee biasanya
tidak mempunyai hak membeli pada waktu kontrak lease berakhir sehingga tidak
terjadi perpindahan hak milik barang. Kontrak sewa ini dapat diputuskan pihak
lessee sewaktu-waktu atau sebelum masa kontrak berakhir.
Dalam operating lease biasanya barang leasenya tidak
diamortisasi sepenuhnya dan lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari
rental lease tersebut tetapi mengharapkan dapat menutup semua biaya
investasinya dari menyewakan kembali barang itu atau dari hasil penjualan barang
3.
Financial
lease atau lease keuangan atau capital lease. Berbeda dengan operating lease
dalam tiga hal:
a)
Capital
lease tidak memberikan jasa pemelihasaan.
b)
Capital
lease tidak dapat dibatalkan
c)
Capital
lease diamortisasi secara penuh, artinya lessor menerima pembayaran sewa yang
sama dengan harga penuh peralatan yang di-lease ditambah dengan pengembalian
atas investasi tersebut
Financial
lease mirip dengan kontrak jual dan lease kembali, perbedaan utamanya adalah
bahwa dalam financial lease peralatan yang di-lease itu baru dan lessor
membelinya dari pabrik atau distributor, bukan dari leasse.
Evaluasi oleh lessee
Setiap rencana lease harus
dievaluasi. Pada umumnya terjadinya perjanjian lease mengikuti urutan berikut:
1.
Perusahaan
memutuskan untuk memperoleh bangunan atau peralatan tertentu. Keputusan itu
didasarkan atas prosedur penganggaran modal yang biasa. Karena itu dalam
analissi lesae kita hanya mempertimbangkan apakah akan membiayai mesin itu
dengan lease atau pinjaman.
2.
Setelah
perusahaan memutuskan memperoleh aktiva, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana
membiayainya.
3.
Dana
untuk memperoleh aktiva dapat diperoleh dengan meminjam, dengan menehan laba,
atau dengan menerbitkan saham baru. Cara lainnya adalah dengan melease aktiva
tersebut.
Lease sebanding dengan
pinjaman dalam arti bahwa perusahaan diharuskan melakukan serangainan
pembayaran dan kegagalan memenuhi kewajiban tersebut dapat mengakibatkan
kebangkrutan. Jadi sangat tepat untuk membandingkan biaya lease dengan biaya
utang. Analisis lease versus pinjaman diilustrasikan dengan menggunakan data
dari Mitchell Electronics Company. Kondisi-kondisi berikut diasumsikan:
1.
Mitchell
merencanakan memperoleh peralatan dengan umur 5 tahun dan mempunyai biaya
$10.000.000 termasuk biaya pengiriman dan pemasangan.
2.
Mithell
dapat meminjam dana $10 juta dengan bunga 10% dan diangsur 5 tahun. Oleh karena
itu pinjaman memerlukan pembayaran sebesar $2.637.974,81 per tahun.
3.
Altenatifnya,
Mitchell dapat me-lease peralatan tersebut selama 5 tahun dengan beban sewa $2.800.000
per tahun
4.
Peralatan
tersebut digunakan selama 5 tahun, nilai sisanya $715.000. Mitchell berencana
terus menggunakan alat itu setalah 5 tahun.
5.
Jika
memimjam uang dan membeli peralatan tersebut maka Mitchell harus menanggung
biaya pemeliharaan sebesar $500.000 per tahun
6.
Peralatan
tersebut termasuk dalam aktiva 5 tahunan berdasarkan MACRS,tarif pajak 40%.
Dasar penyusutannya adalah biaya perolehan $10juta
|
Tahun
|
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
I. Biaya
pemilikan
|
|
|
|
|
|
|
1. Harga
beli bersih
|
($10.000)
|
|
|
|
|
|
2. Biaya
pemeliharaan
|
|
($500)
|
($500)
|
($500)
|
($500)
|
($500)
|
3. Penghematan
pajak dari pemeliharaan
|
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
4. Penghematan
pajak dari penyusutan
|
|
800
|
1.280
|
760
|
480
|
440
|
5. Arus
kas bersih
|
($10.000)
|
$500
|
$980
|
$460
|
$180
|
$140
|
6. PV
biaya pemilikan pada 6%
|
($8.023)
|
|
|
|
|
|
II.
Biaya
leasing
|
|
|
|
|
|
|
7. Pembayaran
lease
|
|
($2.800)
|
($2.800)
|
($2.800)
|
($2.800)
|
($2.800)
|
8. Penghematan
pajak dari pembayaran lease
|
|
1.120
|
1.120
|
1.120
|
1.120
|
1.120
|
9. Biaya
menggunakan opsi
|
|
|
|
|
|
(715)
|
10. Arus
kas bersih
|
$0
|
($1.680)
|
($1.680)
|
($1.680)
|
($1.680)
|
($2.395)
|
11. PV
biaya leasing pada 6%
|
($7.611)
|
|
|
|
|
|
Perbandingan biaya
Keuntungan bersih dari leasing = PV biaya pemilikan –
PV biaya leasing
= $8.023 - $7.611 = $412
7.3
Hybrid Financing
Saham preferen merupakan jenis sekuritas campuran
(Hybrid), saham ini mirip dengan obligasi dalam hal-hal tertentu dan mirip
dengan saham biasa dalam hal-hal lainnya.
Para akiuntan mengklasifikasi saham preferen sebagai ekuitas, sehingga
menyajikannya dineraca sebagai akun
ekuitas. Akan tetapi, seseorang dapat memandang saham preferen sebagai
hal yang berada diantara utang dan ekuitas saham biasa, saham itu mengenakan
beban tetap sehingga meningkatkan leverage keuangan perusahaan, tetapi
megabaikan dividen saham preferen tidak membuat perusahaan menjadi bangkrut.
a.
Saham
Preferen
Saham preferen merupakan
gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen merupakan
bentuk saham tetapi mempunyai karakteristik obligasi. Pemegang saham preferen
memperoleh dividen. Tetapi dividen tersebut seperti bunga yaitu besarnya tetap.
Tetapi risiko saham preferen lebih tinggi dibandingkan dengan risiko pemegang
hutang dan lebih rendah dibandingkan dengan risiko saham biasa (dari sudut
pandang investor). Jika perusahaan tidak bisa membayar dividen saham preferen,
perusahaan tidak bisa dinyatakan bangkrut.
Jika dividen saham preferen
tidak dihasilkan, maka perusahaan harus membayarnya. Namun, sebagian besar
terbitan saham preferen bersifat kumulatif (cumulative), yang berarti bahwa
total kumulatif dari semua dividen saham preferen yang belum dibayar harus
dibayarkan sebelum pembayaran dividen atas saham biasa. Dividen saham preferen
yang belurn dibayar disebut dividen tertunggak (arrearages). Yaitu, yang tidak
menghasilkan bunga; jadi, dividen tertunggak tidak bertumbuh dalam pengertian
bunga rnajemuk, jumlahnya hanya bertumbuh dengan bertambahnya dividen saham
preferen yang belum dibayar
Pemegang saham preferen mempunyai prioritas lebih
tingi dibandingkan pemegang saham biasa dalam hal pembagian dividen dan
distribusi kas dari penjualan aset apabila perusahan bangkrut
Keunggulan
dan kelemahan saham preferen
Keunggulan utama dari sudut pandang penerbit:
1.
Berbeda
dengan obligasi, kewajiban membayar dividen saham preferen tidak bersifat
kontraktual, dan melewatkan dividen saham preferen tidak membuat perusahaan
menjadi bangkrut.
2.
Dengan
menerbitkan saham preferen, perusahaan menghindari dilusi ekuitas saham biasa
yang terjadi ketika saham biasa dijual.
3.
Karena
saham preferen tidak mempunyai jatuh tempo, dan karena pembayaran dana
pelunasan dari saham preferen, jika ada, biasanya disebar ke periode yang lama,
maka penerbitan saham preferen dapat menghindari kekurangan arus kas akibat
pembayaran pokok yang menjadi sifat dasar dari terbitan utang.
Kelemahan utamanya adalah:
1.
Dividen
saham tidak dapat dikurangkan sebagai beban bagi si penerbit, sehingga biaya
sesudah pajak dari saham preferen biasanya lebih tinggi daripada biaya utang
sesudah pajak. Namun, manfaat pajak dari saham preferen begi pembeli perseroan
menurunkan biaya efektifnya.
2.
Meskipun
dividen saham preferen dapat dilewatkan, namun investor berharap agar bisa
dibayar, dan perusahaan berniat membayar dividen itu juka kondisinya
memungkinkan. Jadi dividen saham preferen dipandang sebagai biaya tetap,
sehingga penggunaannya, seperti utang, meningkatkan risiko keuangan perusahaan
dan dengan demikian biaya ekuitas saham biasanya
b.
Warrant
Warrant adalah opsi beli
jangka panjang yang diterbitkan bersama-sama dengan obligasi. Warrant umumnya
dapat dipisahkan dari obligasi, dan diperdagangkan secara terpisah di pasar. Apabila
warrant digunakan, perusahaan akan menerima modal ekuitas tambahan, dan
obligasi yang semula masih tetap beredar.
HARGA PASAR AWAL OBLIGASI DENGAN WARRANT
Jika obligasi Infomatics Corporation diterbitkan sebagai
utang murni, maka bunganya adalah 10 persen. Akan tetapi, bila disertai dengan
warrant, maka obligasi tersebut dapat terjual dengan suku bunga 8 persen.
Seseorang yang membeli obligasi senilai $1.000 pada harga penawaran perdana
akan menerima paket yang terdiri atas obligasi berjangka 20 tahun, berbunga 8
persen, ditambah 20 warrant. Karena suku bunga saat ini atas obligasi dengan
tingkat risiko yang sama dengan obligasi Infomatics Corporation adalah 10
persen, maka kita dapat mencari nilai utang murni dari obligasi itu, dengan
asumsi bunga dibayar setiap tahun untuk memudahkan, sebagai berikut:
0 1 2 3 20
PV 80 80 80 80
1.000
1.080
Dengan menggunakan
kalkulator keuangan, kita dapat memasukkan data berikut ke dalam register TVM:
N = 20, I = 10, PMT = 80, dan FV = 1000. Kemudian, kita tekan tombol PV untuk
mendapatkan jawaban sebesar $829,73, atau sekitar $830. Jadi, seseorang yang
membeli obligasi di pasar perdana akan membayar $1.000 dan menerima obligasi
senilai $830 ditambah 20 warrant yang diperkirakan bernilai $1.000 - $830 =
$170:
Karena investor menerima 20 warrant untuk setiap
obligasi, maka nilai implisit setiap warrant adalah $170/20 = $8,50.
Masalah pokok dalam
menetapkan syarat-syarat penawaran obligasi dengan warrant adalah menentukan
nilai warrant tersebut. Nilai utang murni obligasi dapat diestimasi secara
cukup tepat. Tetapi, jauh lebih sukar mengestimasi nilai warrant. Jika pada
waktu ditetapkan harganya, nilainya diestimasi terlalu tinggi bila dibandingkan
dengan nilai pasar sebenarnya, maka suku bunga kupon obligasi akan ditetapkan
terlalu rendah, sehingga sulit menjual obligasi dengan warrant pada nilai
nominalnya. Sebaliknya, jika warrant dinilai terlalu rendah, maka suku bunga
kupon akan ditetapkan terlalu tinggi, sehingga nilai paket itu dengan cepat
naik di atas $1.000 dan investor yang membeli emisi akan mendapat "untung
besar" dari pemegang saham Infomatics.
C.
SEKURITAS KONVERTIBEL
Sekuritas konvertibel adalah
obligasi atau saham preferen yang dapat ditukar menjadi saham biasa sesuai opsi
dari pemegangnya. Apabila konversi terjadi, maka utang atau saham preferen
digantikan oleh saham biasa, tetapi tidak ada uang yang berpindah tangan.
RASIO KONVERSI DAN HARGA KONVERSI
Salah satu provisi atau
ketentuan terpenting dalam sekuritas konvertibel adalah rasio konversi
(conversion ratio, CR), yaitu jumlah lernbar saham yang akan diterima pemegang
obligasi pada saat konversi. Di sini rasio konversi berkaitan dengan harga
konversi (conversion price, Pc), yaitu harga efektif yang dibayarkan
investor untuk saham biasa yang diterima pada saat konversi terjadi.
Hubungan antara rasio
konversi dengan harga konversi dapat dijelaskan dengan surat utang konvertibel
Silicon Valley Software Company, yang diterbi¬kan dengan nilai nominal $1.000
pada bulan Juli 1997. Setiap saat sebelum jatuh tempo pada tanggal 15 Juli
2017, pemegang surat utang tersebut dapat menukar selembar obligasi dengan 20
lembar saham biasa; jadi, rasio konversi, CR, adalah 20. Obligasi tersebut
mempunyai nilai nominal $1.000, sehingga pemegangnya akan
"menyerahkan" hak untuk menerima $1.000 itu pada saat jatuh tempo
jika ia melakukan konversi. Dengan membagi nilai nominal $1.000 dengan 20
lembar saham yang diterima, diperoleh harga konversi sebesar $50 per saham:
Sebaliknya, dengan mengetahui harga konversi, kita
memperoleh rasio konversi:
PENGGUNAAN
KONVERTIBEL DALAM PEMBIAYAAN
Konvertibel memiliki dua keunggulan penting dari sudut
pandang penerbitnya.
a.
Konvertibel,
seperti halnya obligasi dengan warrant, memungkinkan perusahaan menjual surat
hutang dengan suku bunga yang lebih rendah dan memberikan peluang untuk
berpartisipasi dalam keberhasilan perusahaan
b.
Dalam
satu pengertian, sekuritas konvertibel memungkinkan penjualan saham biasa
dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang berlaku saat ini.
Dari sudut pandang penerbit, sekuritas konvertibel mempunyai
tiga kelemahan utama :
a.
Penggunaan
sekuritas konvertibel memberi peluang kepada perusahaan penerbitnya untuk
menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada yang dapat dijual saat
ini. Akan tetapi, harga saham tersebut
meningkat tajam, perusahaan akan lebih baik menggunakan utang murni meskipun
dengan biaya yang lebih tinggi karena nantinya dapat menjual saham biasa itu
untuk melunasi utang.
b.
Sekuritas
konvertibel pada umumnya mempunyai suku bungan kupon yang rendah, dan manfaat
utang berbiaya rendah ini akan hilang setelah konversi dilaksanakan.
c.
Jika
perusahaan sebenarnya ingin menambah modal ekuitas, dan jika harga saham tidak
mengalami kenaikan yang cukup besar setelah obligasi diterbitkan, maka
perusahaan akan terjerat utang. Namun, utang
ini mempunyai bunga kupon yang rendah.
KONVERTIBEL DAN BIAYA KEAGENAN
Salah
satu masalah potensial tentang keagenan diantara pemegang obligasi dan pemegang
saham adalah penggantian aktiva.
Pemegang saham mempunyai insentif yang berkaitan dengan opsi untuk
menjalankan proyek-proyek yang terpotensi meningkatkan harga saham meskipun hal
itu menaikan tingkat risiko perusahaan bersangkutan.
Apabila
tindakan itu diambil, maka ada kemungkinan pemindahan kekayaan diantara pmegang
obligasi dan pemegang saham. Akan
tetapi, bila utang konvertibel diterbitkan, maka tindakan yang menaikan tingkat
risiko perusahaan juga akan meningkatkan nilai utang konvertibel. Jadi,
beberapa keuntungan pemegang saham yang mengambil proyek-proyek berisiko tinggi
dapat dibagi dengan pemegang obligasi konvertibel. Pembagian keuntungan ini akan menurunkan
biaya keagenan. Logika umum yang sama juga berlaku untuk warrant.
PERBANDINGAN AKHIR WARRANT DAN
KONVERTIBEL
Untuk
konvertibel dapat dipandang sebagai utang murni dengan warrant yang tidak
adapat dipisah. Jadi, sekilas pandang
terlihat bahwa utang dengan warrant dan utang konvertibel kurang lebih dapat
dipertukarkan. Namun, pandangan yang
lebih mendalam mengungkapkan suatu satu perbedaan besar dan beberapa perbedaan
kecil diantara sekuritas. Pertama, penggunaan warrant menghasilkan modal
ekuitas baru, sedangkan konversi konvertibel hanya menghasilka transfer
akuntansi. Kedua, ada perbedaan
fleksibilitas yang diberikan kepada manajemen.
Sebagian besar terbitan konvertibel berisi ketentuan penarikan yang
memungkinkan penerbitnya untuk mendanakan kembali utang itu atau memaksa
konversi, tergantung apada hubungan antara nilai konversi dan harga
penaikan. Namun, kebanyakan warrant
tidak dapat ditarik, sehingga perusahaan biasanya harus menunggu sampai warrant
itu jatuh tempo untuk menghasilkan modal ekuitas baru.