financing decision


Investment Banking & Financial Restructuring
            Mulai  tahun 1997 hingga tahun 1999 terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia.  Krisis ekonomi ini telah mengakibatkan hancurnya perusahaan-perusahaan besar yang selama ini menjadi tulang punggung penggerak ekonomi Indonesia.  Krisis tersebut dipicu oleh jatuhnya nilai tukar rupiah hingga pada tingkat paling rendah mencapai Rp.14.000,- per dolar Amerika.  Akibtanya nilai perusahaan turun drasti, harga saham perusahaan papan atas turun hingga tinggal 25%.  Saham-saham di sektor perbankan boleh dikatakan tidak ada lagi nilainya dan bahkan lebih mahal nilai kertas dan ongkos cetaknya.  Sementara itu utang valuta asing menjadi sangat besar dilihat dari nilai rupiah yang jatuh tersebut.
            Akibantnya banyak perusahaan yang tidak mampu lagi untuk mambayar hutang bahkan untuk membayar beban bunga saja banyak perusahaan yang tidak mampu. Oleh karena iu banyak perusahaan kemudian melakukan restruktrurasi atau reorganisasi.  Dua kata tersebut merngandung makna yang sama oleh sebab it digunakan secara bergantian.  
            Restruktrurasi atau reorganisasi pada prinsipnya penataan ulang sendi-sendi perusahaan.  Restrukturisasi dapat dibedakan menjadi restrukturisasi bisnis, keuangan, manajemen, dan organisasi.


a.    Restrukturisasi bisnis
            Restrukturisasi bisnis tidak lain merupakan penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan keunggulan daya saing perusahaan.  Restrukturisasi bisnis dapat ditempuh melalui berbagai alternatif sebagai berikut :
1.      Regrouping dan Konsolidasi
            Sebagai contohnya adalah BUMN yang dikembangkan oleh Kantor Menteri Negara BUMN dengan menggabungkan BUMN sejenis ke dalam satu kelompok.  Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan membuat agar BUMN menjadi lebih menarik.  Dari skala usaha maka pengelompokan itu akan membuat skala usahanya menjadi lebih besar, sehingga dapat menarik minat investor asing.  Meskipun penggabungan tersebut memberi manfaat, tetapi tidak mudah dalam mengimpletasikannya karena kendala utama dalam penggabungan adalah adanya perbedaan kultur dan mekanisme kerja.
2.      Joint Operation
            Joint operation adalah dengan cara mengundang manajemen yang sudah berpengalaman.  Sebagai contoh joint operation di Unit terminal Peti Kemas (UTPK) di Pelabuhan Indonesia II dengan melibatkan operator asing. 
3.   Strategic Alliance
          Strategic Alliance adalah bentuk kerja sama antara dua perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerjanya.  Aliansi strategi ini menjadi strategi yang tepat misalnya di bidang promos, penelitian dan pengembangan dan pelatihan karyawan.
4.   Pemecahan Bisnis
       Pemecahan bisnis disini adalah pemecahan bisnis ke dalam usaha atau yang dikenal dengan strategis business unit agar lebih mandiri dan efisien.  Pemecahan ini bertujuan agar business unit menjadi lebih terukur kinerjanya.
5.   Divestasi
          Divestasi merupakan alternatif lain apabila perusahaan memandang tidak dapat lagi mempertahankan operasinya.  Divestasi ini dapat dilakukan dengan menjual pemisahan unit usaha terlebih dahulu baru dijual atau spin-off atau menghentikan operasi unit usaha yang tidak lagi prifitable.
6.   Likuidasi Perusahaan
          Likuidasi perusahaan dapat ditempuh jika tidak ada lagi alternatif yang feaseable untuk menolong perusahaan agar tetap dapat bertahan hidup.  Likuidasi ini dilakukan dengan menjual aset perusahaan kepada pihak lain.
b.   Restukturisasi Keuangan
          Selain restrukturisasi bisnis dapat pula dilakukan restrukturisasi keuangan yaitu penataan kembali struktur keuangan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.  Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan dengan beberapa alternaif sebagai berikut :
1.      Alternatif pertama
    Alternatif pertama restrukturisasi keuangan adalah dengan melakukan penjadwalan kembali pembayaran bungan dan pokok pinjaman.  Hal ini dapat dilakukan dengan menunda pembayaran bunga, mengurangi pembayaran bunga ataupun penghapusan beban bunga.  Melalui alternatif ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk melanjutkan operasinya dan diharapkan di kemudian hari dapat memenuhi kembali kewajibannya.
2.      Alternatif Kedua
    Alternatif kedua adalah dengan melakukan rescheduling atau penjadwalan kembali pembayaran pokok pinjaman.  Jika alternatif ini masih belum membantu maka dapat saja dilakukan dengan melakukan pengurangan beban pokok pinjaman hingga maksimum 70% dari pokok pinjaman.
3.      Mengubah utang menjadi modal sendiri
4.      Mengundang investor individu yang potensial
5.      Penjualan saham kepada go public.
c.    Restrukturisasi Manajemen
            Krisis ekonomi yang meruntuhkan konglomerat di Indonesia, disinyalir oleh lemahnya pengelolaan dan kualitas manajemen.  Oleh karena itu menjadi sangat strategis untuk melakukan restrukturisasi manajemen atau penataan manajemen yang dapat ditempuh melalui berbagai alternatif sebagai berikut :
1.      Business Process Reengineering
2.      Delaying dan Right-sizing
3.      Downscoping
d.   Restrukturisasi Organisasi
       Penataan ulang organisasi perusahaan dapat ditempuh baik dengan mengubah kembali struktur manajemen termaksud dewan komisarisnya ataupun menyangkut status perusahaan.  Restrukturisasi organisasi dapat saja dilakukan dengan mengubah kembali komposisi kepemilikan dan status badan hukum perusahaan.  Pada umumnya restrukturisasi organisasi ditempuh melalui konsolidasi internal, hal ini dilakukan malalui penciutan jumlah cabang, kantor wilayah atau jaringan distribusi.
       Dalam reorganisasi keuangan faktor utama yang harus diperhatikan adalah menyangkut penentuan nilai perusahaan.  Hal ini sangat penting terutama dalam rangka penjualan perusahaan, private placement ataupun go public.  Terdapat beberapa alternatif untuk menilai perusahaan diantaranya adalah :
1.      Price earing ratio method.
2.      Discounted cashflows approach
       Restrukturisasi keuangan dapat ditempuh dengan menjual sebagian saham perusahaan sehingga perusahaan memperoleh tambahan dana dari pemegang saham.  Dengan tambahan dana tersebut maka struktur modal menjadi lebih baik, dengan demikian tingkat profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan.  Namun perlu diingat bahwa cara ini dalam jangka panjang tidak dibenarkan, karena apabila hasil penjualan saham tersebut dipergunakan untuk melunasi sebagian hutang perusahaan maka harga pasar saham justru menurun.
       Reorganisasi ini dipandang masih lebih baik karena menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan daripada harus dilikuidasi.  Cara yang ditempuh dalam reorganisasi ini adalah menentukan nilai perusahaan setelah reorganisasi, menentukan struktur modal yang baru, menentukan surat-surat berharga lama yang akan diganti dengan yang baru.
7.2 Lease Financing
Dalam menjalankan operasinya perusahaan membutuhkan aktiva tetap dan untuk memperolehnya perusahaan dapat menggunakan cara yang berbeda-beda. Salah satu yang paling mudah adalah dengan cara membelinya. Memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian menimbulkan berbagai keuntungan dan kerugian bagi pernsahaan dan memerlukan berbagai pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah dana yang ada mencukupi atau diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain seperti ketinggalan zaman sehingga tidak ekonomis lagi bila dipakai ataupun ada resiko kegagalan memakai serta kemungkinan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi.
Cara lain dalam memperoleh aktiva yang dapat diterapkan adalah dengan cara leasing. Leasing berasal dari kata Lease yang berarti sewa atau lebih umum diartikan sewa menyewa yaitu pembiayaa peralatan atau barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu pernsahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Industri leasing menciptakan konsep baru untuk mendapatkan barang modal serta menggunakannya sebaik mungkin tanpa harus membeli atau memiliki barang tersebut.
Ditinjau dari sudut ekonomi, leasing dapat pula dikatakan sebagai salah satu cara untuk menghimpun dana yang terdapat didalam masyarakat dan menginvestasikannya kembali dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Karena itu, sarana leasing merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan yang kurang modal atau hendak menghemat pemakaian tanpa harus kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi kembali dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa defenisi leasing yaitu sebagai berikut : Menurut Financial Accounting Standar Board (FASB) :”..An agreement coonveying the right to use property, plant or equipment (land and/or depreciable assets) usulally for a stated period of time”.10
Definisi diatas menjelaskan adanya kesepakatan antara dua pihak, lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee (penyewa). Dalam perjanjian ini terdapat persetujuan penyerahan atau pengalihan hak guna atau hak pakai atas aktiva yang dimilikinya yang dapat disiapkan selama periode tertentu dari lessor pada lessee. Selama periode yang dimaksud dalam perjanjian sebagai balas jasa dari hak pakai yang diberikan lessor kepada lessee dituntut untuk membayar sejumlah uang sewa atau kompensasi yang lain sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Lamanya jangka waktu suatu perjanjian lease tergantung pada perjanjian yang dibuat oleh lessor dan lessee, sehingga jangka waktu perjanjian lease ini dapat bervariasi tergantung pada kesepakatan bersama. Jenis-jenis lease adalah sebagai berikut :
1.      Penjualan dan Lease Kembali (Sales and Lease back)
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak antara lessee dan lessor. Transaksi ini biasanya timbul karena lessee membutuhkan kas untuk modal kerja atau keperluan lainnya.
2.      Operating Lease, yang kadang-kadang disebut lease jasa, menawarkan pembiayaan sekaligus pemeliharaan. Operating lease seperti transaksi sewa menyewa biasa dan jangka waktu sewanya lebih pendek dari pada umur ekonomis propertinya. Lessee biasanya tidak mempunyai hak membeli pada waktu kontrak lease berakhir sehingga tidak terjadi perpindahan hak milik barang. Kontrak sewa ini dapat diputuskan pihak lessee sewaktu-waktu atau sebelum masa kontrak berakhir.
Dalam operating lease biasanya barang leasenya tidak diamortisasi sepenuhnya dan lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari rental lease tersebut tetapi mengharapkan dapat menutup semua biaya investasinya dari menyewakan kembali barang itu atau dari hasil penjualan barang
3.      Financial lease atau lease keuangan atau capital lease. Berbeda dengan operating lease dalam tiga hal:
a)      Capital lease tidak memberikan jasa pemelihasaan.
b)      Capital lease tidak dapat dibatalkan
c)      Capital lease diamortisasi secara penuh, artinya lessor menerima pembayaran sewa yang sama dengan harga penuh peralatan yang di-lease ditambah dengan pengembalian atas investasi tersebut
Financial lease mirip dengan kontrak jual dan lease kembali, perbedaan utamanya adalah bahwa dalam financial lease peralatan yang di-lease itu baru dan lessor membelinya dari pabrik atau distributor, bukan dari leasse.
Evaluasi oleh lessee
Setiap rencana lease harus dievaluasi. Pada umumnya terjadinya perjanjian lease mengikuti urutan berikut:
1.      Perusahaan memutuskan untuk memperoleh bangunan atau peralatan tertentu. Keputusan itu didasarkan atas prosedur penganggaran modal yang biasa. Karena itu dalam analissi lesae kita hanya mempertimbangkan apakah akan membiayai mesin itu dengan lease atau pinjaman.
2.      Setelah perusahaan memutuskan memperoleh aktiva, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membiayainya.
3.      Dana untuk memperoleh aktiva dapat diperoleh dengan meminjam, dengan menehan laba, atau dengan menerbitkan saham baru. Cara lainnya adalah dengan melease aktiva tersebut.
Lease sebanding dengan pinjaman dalam arti bahwa perusahaan diharuskan melakukan serangainan pembayaran dan kegagalan memenuhi kewajiban tersebut dapat mengakibatkan kebangkrutan. Jadi sangat tepat untuk membandingkan biaya lease dengan biaya utang. Analisis lease versus pinjaman diilustrasikan dengan menggunakan data dari Mitchell Electronics Company. Kondisi-kondisi berikut diasumsikan:
1.      Mitchell merencanakan memperoleh peralatan dengan umur 5 tahun dan mempunyai biaya $10.000.000 termasuk biaya pengiriman dan pemasangan.
2.      Mithell dapat meminjam dana $10 juta dengan bunga 10% dan diangsur 5 tahun. Oleh karena itu pinjaman memerlukan pembayaran sebesar $2.637.974,81 per tahun.
3.      Altenatifnya, Mitchell dapat me-lease peralatan tersebut selama 5 tahun dengan beban sewa $2.800.000 per tahun
4.      Peralatan tersebut digunakan selama 5 tahun, nilai sisanya $715.000. Mitchell berencana terus menggunakan alat itu setalah 5 tahun.
5.      Jika memimjam uang dan membeli peralatan tersebut maka Mitchell harus menanggung biaya pemeliharaan sebesar $500.000 per tahun
6.      Peralatan tersebut termasuk dalam aktiva 5 tahunan berdasarkan MACRS,tarif pajak 40%. Dasar penyusutannya adalah biaya perolehan $10juta

Tahun

0
1
2
3
4
5
I.       Biaya pemilikan






1.      Harga beli bersih
($10.000)





2.      Biaya pemeliharaan

($500)
($500)
($500)
($500)
($500)
3.      Penghematan pajak dari pemeliharaan

200
200
200
200
200
4.      Penghematan pajak dari penyusutan

800
1.280
760
480
440
5.      Arus kas bersih
($10.000)
$500
$980
$460
$180
$140
6.      PV biaya pemilikan pada 6%
($8.023)





II.        Biaya leasing






7.      Pembayaran lease

($2.800)
($2.800)
($2.800)
($2.800)
($2.800)
8.      Penghematan pajak dari pembayaran lease

1.120
1.120
1.120
1.120
1.120
9.      Biaya menggunakan opsi





(715)
10.  Arus kas bersih
$0
($1.680)
($1.680)
($1.680)
($1.680)
($2.395)
11.  PV biaya leasing pada 6%
($7.611)







Perbandingan biaya
Keuntungan bersih dari leasing = PV biaya pemilikan – PV biaya leasing
                                                   = $8.023 - $7.611 = $412
7.3 Hybrid Financing
            Saham preferen merupakan jenis sekuritas campuran (Hybrid), saham ini mirip dengan obligasi dalam hal-hal tertentu dan mirip dengan saham biasa dalam hal-hal lainnya.  Para akiuntan mengklasifikasi saham preferen sebagai ekuitas, sehingga menyajikannya dineraca sebagai akun  ekuitas. Akan tetapi, seseorang dapat memandang saham preferen sebagai hal yang berada diantara utang dan ekuitas saham biasa, saham itu mengenakan beban tetap sehingga meningkatkan leverage keuangan perusahaan, tetapi megabaikan dividen saham preferen tidak membuat perusahaan menjadi bangkrut.
a. Saham Preferen
Saham preferen merupakan gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen merupakan bentuk saham tetapi mempunyai karakteristik obligasi. Pemegang saham preferen memperoleh dividen. Tetapi dividen tersebut seperti bunga yaitu besarnya tetap. Tetapi risiko saham preferen lebih tinggi dibandingkan dengan risiko pemegang hutang dan lebih rendah dibandingkan dengan risiko saham biasa (dari sudut pandang investor). Jika perusahaan tidak bisa membayar dividen saham preferen, perusahaan tidak bisa dinyatakan bangkrut.
Jika dividen saham preferen tidak dihasilkan, maka perusahaan harus membayarnya. Namun, sebagian besar terbitan saham preferen bersifat kumulatif (cumulative), yang berarti bahwa total kumulatif dari semua dividen saham preferen yang belum dibayar harus dibayarkan sebelum pembayaran dividen atas saham biasa. Dividen saham preferen yang belurn dibayar disebut dividen tertunggak (arrearages). Yaitu, yang tidak menghasilkan bunga; jadi, dividen tertunggak tidak bertumbuh dalam pengertian bunga rnajemuk, jumlahnya hanya bertumbuh dengan bertambahnya dividen saham preferen yang belum dibayar
Pemegang saham preferen mempunyai prioritas lebih tingi dibandingkan pemegang saham biasa dalam hal pembagian dividen dan distribusi kas dari penjualan aset apabila perusahan bangkrut
Keunggulan dan kelemahan saham preferen
Keunggulan utama dari sudut pandang penerbit:
1.      Berbeda dengan obligasi, kewajiban membayar dividen saham preferen tidak bersifat kontraktual, dan melewatkan dividen saham preferen tidak membuat perusahaan menjadi bangkrut.
2.      Dengan menerbitkan saham preferen, perusahaan menghindari dilusi ekuitas saham biasa yang terjadi ketika saham biasa dijual.
3.      Karena saham preferen tidak mempunyai jatuh tempo, dan karena pembayaran dana pelunasan dari saham preferen, jika ada, biasanya disebar ke periode yang lama, maka penerbitan saham preferen dapat menghindari kekurangan arus kas akibat pembayaran pokok yang menjadi sifat dasar dari terbitan utang.
Kelemahan utamanya adalah:
1.      Dividen saham tidak dapat dikurangkan sebagai beban bagi si penerbit, sehingga biaya sesudah pajak dari saham preferen biasanya lebih tinggi daripada biaya utang sesudah pajak. Namun, manfaat pajak dari saham preferen begi pembeli perseroan menurunkan biaya efektifnya.
2.      Meskipun dividen saham preferen dapat dilewatkan, namun investor berharap agar bisa dibayar, dan perusahaan berniat membayar dividen itu juka kondisinya memungkinkan. Jadi dividen saham preferen dipandang sebagai biaya tetap, sehingga penggunaannya, seperti utang, meningkatkan risiko keuangan perusahaan dan dengan demikian biaya ekuitas saham biasanya
b. Warrant
Warrant adalah opsi beli jangka panjang yang diterbitkan bersama-sama dengan obligasi. Warrant umumnya dapat dipisahkan dari obligasi, dan diperdagangkan secara terpisah di pasar. Apabila warrant digunakan, perusahaan akan menerima modal ekuitas tambahan, dan obligasi yang semula masih tetap beredar.
HARGA PASAR AWAL OBLIGASI DENGAN WARRANT
Jika obligasi Infomatics Corporation diterbitkan sebagai utang murni, maka bunganya adalah 10 persen. Akan tetapi, bila disertai dengan warrant, maka obligasi tersebut dapat terjual dengan suku bunga 8 persen. Seseorang yang membeli obligasi senilai $1.000 pada harga penawaran perdana akan menerima paket yang terdiri atas obligasi berjangka 20 tahun, berbunga 8 persen, ditambah 20 warrant. Karena suku bunga saat ini atas obligasi dengan tingkat risiko yang sama dengan obligasi Infomatics Corporation adalah 10 persen, maka kita dapat mencari nilai utang murni dari obligasi itu, dengan asumsi bunga dibayar setiap tahun untuk memudahkan, sebagai berikut:


                                0               1               2               3                                     20
                               PV            80             80             80                                    80
                                                                                                                      1.000
                                                                                                                      1.080    
Dengan menggunakan kalkulator keuangan, kita dapat memasukkan data berikut ke dalam register TVM: N = 20, I = 10, PMT = 80, dan FV = 1000. Kemudian, kita tekan tombol PV untuk mendapatkan jawaban sebesar $829,73, atau sekitar $830. Jadi, seseorang yang membeli obligasi di pasar perdana akan membayar $1.000 dan menerima obligasi senilai $830 ditambah 20 warrant yang diperkirakan bernilai $1.000 - $830 = $170:
Karena investor menerima 20 warrant untuk setiap obligasi, maka nilai implisit setiap warrant adalah $170/20 = $8,50.
Masalah pokok dalam menetapkan syarat-syarat penawaran obligasi dengan warrant adalah menentukan nilai warrant tersebut. Nilai utang murni obligasi dapat diestimasi secara cukup tepat. Tetapi, jauh lebih sukar mengestimasi nilai warrant. Jika pada waktu ditetapkan harganya, nilainya diestimasi terlalu tinggi bila dibandingkan dengan nilai pasar sebenarnya, maka suku bunga kupon obligasi akan ditetapkan terlalu rendah, sehingga sulit menjual obligasi dengan warrant pada nilai nominalnya. Sebaliknya, jika warrant dinilai terlalu rendah, maka suku bunga kupon akan ditetapkan terlalu tinggi, sehingga nilai paket itu dengan cepat naik di atas $1.000 dan investor yang membeli emisi akan mendapat "untung besar" dari pemegang saham Infomatics.
C. SEKURITAS KONVERTIBEL
Sekuritas konvertibel adalah obligasi atau saham preferen yang dapat ditukar menjadi saham biasa sesuai opsi dari pemegangnya. Apabila konversi terjadi, maka utang atau saham preferen digantikan oleh saham biasa, tetapi tidak ada uang yang berpindah tangan.
RASIO KONVERSI DAN HARGA KONVERSI
Salah satu provisi atau ketentuan terpenting dalam sekuritas konvertibel adalah rasio konversi (conversion ratio, CR), yaitu jumlah lernbar saham yang akan diterima pemegang obligasi pada saat konversi. Di sini rasio konversi berkaitan dengan harga konversi (conversion price, Pc), yaitu harga efektif yang dibayarkan investor untuk saham biasa yang diterima pada saat konversi terjadi.
Hubungan antara rasio konversi dengan harga konversi dapat dijelaskan dengan surat utang konvertibel Silicon Valley Software Company, yang diterbi¬kan dengan nilai nominal $1.000 pada bulan Juli 1997. Setiap saat sebelum jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2017, pemegang surat utang tersebut dapat menukar selembar obligasi dengan 20 lembar saham biasa; jadi, rasio konversi, CR, adalah 20. Obligasi tersebut mempunyai nilai nominal $1.000, sehingga pemegangnya akan "menyerahkan" hak untuk menerima $1.000 itu pada saat jatuh tempo jika ia melakukan konversi. Dengan membagi nilai nominal $1.000 dengan 20 lembar saham yang diterima, diperoleh harga konversi sebesar $50 per saham:
Sebaliknya, dengan mengetahui harga konversi, kita memperoleh rasio konversi:
PENGGUNAAN KONVERTIBEL DALAM PEMBIAYAAN
Konvertibel memiliki dua keunggulan penting dari sudut pandang penerbitnya. 
a.       Konvertibel, seperti halnya obligasi dengan warrant, memungkinkan perusahaan menjual surat hutang dengan suku bunga yang lebih rendah dan memberikan peluang untuk berpartisipasi dalam keberhasilan perusahaan
b.      Dalam satu pengertian, sekuritas konvertibel memungkinkan penjualan saham biasa dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang berlaku saat ini. 
Dari sudut pandang penerbit, sekuritas konvertibel mempunyai tiga kelemahan utama :
a.       Penggunaan sekuritas konvertibel memberi peluang kepada perusahaan penerbitnya untuk menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada yang dapat dijual saat ini.  Akan tetapi, harga saham tersebut meningkat tajam, perusahaan akan lebih baik menggunakan utang murni meskipun dengan biaya yang lebih tinggi karena nantinya dapat menjual saham biasa itu untuk melunasi utang.
b.      Sekuritas konvertibel pada umumnya mempunyai suku bungan kupon yang rendah, dan manfaat utang berbiaya rendah ini akan hilang setelah konversi dilaksanakan. 
c.       Jika perusahaan sebenarnya ingin menambah modal ekuitas, dan jika harga saham tidak mengalami kenaikan yang cukup besar setelah obligasi diterbitkan, maka perusahaan akan terjerat utang.  Namun, utang ini mempunyai bunga kupon yang rendah.
KONVERTIBEL DAN BIAYA KEAGENAN
            Salah satu masalah potensial tentang keagenan diantara pemegang obligasi dan pemegang saham adalah penggantian aktiva.  Pemegang saham mempunyai insentif yang berkaitan dengan opsi untuk menjalankan proyek-proyek yang terpotensi meningkatkan harga saham meskipun hal itu menaikan tingkat risiko perusahaan bersangkutan. 
            Apabila tindakan itu diambil, maka ada kemungkinan pemindahan kekayaan diantara pmegang obligasi dan pemegang saham.  Akan tetapi, bila utang konvertibel diterbitkan, maka tindakan yang menaikan tingkat risiko perusahaan juga akan meningkatkan nilai utang konvertibel. Jadi, beberapa keuntungan pemegang saham yang mengambil proyek-proyek berisiko tinggi dapat dibagi dengan pemegang obligasi konvertibel.  Pembagian keuntungan ini akan menurunkan biaya keagenan. Logika umum yang sama juga berlaku untuk warrant.
PERBANDINGAN AKHIR WARRANT DAN KONVERTIBEL
            Untuk konvertibel dapat dipandang sebagai utang murni dengan warrant yang tidak adapat dipisah.  Jadi, sekilas pandang terlihat bahwa utang dengan warrant dan utang konvertibel kurang lebih dapat dipertukarkan.  Namun, pandangan yang lebih mendalam mengungkapkan suatu satu perbedaan besar dan beberapa perbedaan kecil diantara sekuritas. Pertama, penggunaan warrant menghasilkan modal ekuitas baru, sedangkan konversi konvertibel hanya menghasilka transfer akuntansi.  Kedua, ada perbedaan fleksibilitas yang diberikan kepada manajemen.  Sebagian besar terbitan konvertibel berisi ketentuan penarikan yang memungkinkan penerbitnya untuk mendanakan kembali utang itu atau memaksa konversi, tergantung apada hubungan antara nilai konversi dan harga penaikan.  Namun, kebanyakan warrant tidak dapat ditarik, sehingga perusahaan biasanya harus menunggu sampai warrant itu jatuh tempo untuk menghasilkan modal ekuitas baru.